Merencanakan liburan ke pulau Dewata alangkah baiknya anda memiliki agenda terlebih dahulu. Menentukan budget dan waktu sangatlah penting. Karena anda tidak akan cukup dengan waktu satu hari untuk dapat menikmati semua suasana obyek wisata terkenal. Secara umum saya akan
menyarankan anda untuk mengunjungi beberapa tempat terkenal sebagai berikut ini.
Gianyar
- Tirtha Empul. Tirtha Empul adalah salah satu pura peninggalan zaman kerajaan Bali kuno.
Pendirian pura ini diperkirakan pada tahun 960 A.D. pada
jaman Raja Chandra Bhayasingha dari Dinasti Warmadewa. Seperti
biasa pura – pura di Bali, pura ini dibagi atas Tiga
bagian yang merupakan Jaba Pura (HaLaman Muka), Jaba Tengah
(Halaman Tengah) dan Jeroan (Halaman Dalam).
Pada Jaba Tengah terdapat 2 (dua) buah kolam persegi empat panjang dan kolam tersebut mempunyai 30 buah pancuran yang berderet dari Timur ke Barat menghadap ke Selatan. Masing – masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri diantaranya pancuran Pengelukatan, Pebersihan, Sudamala dan Pancuran Cetik (Racun). Pancuran Cetik dan nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mitologi yaitu pertempuran Mayadenawa Raja Batu Anyar (Bedahulu) dengan Bhatara Indra.
Dalam mitologi itu diceritakan bahwa Raja Mayadenawa bersikap sewenang – wenang dan tidak mengijinkan rakyat untuk melaksanakan upacara – upacara keagamaan untuk mohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh Para Dewa, maka para dewa yang dikepalai oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa.
- Pura Gunung Kawi. Pura ini juga terletak tidak jauh dari pura Tirtha Empul. Jaraknya sekitar satu kilometer arah Denpasar. Keberadaan Pura Gunung Kawi juga tidak terlepas dari eksistensi kerajaan Bali Kuno yaitu zaman Raja Udayana sampai Raja Anak Wungsu. Mengutip dari wikipedia Candi ini dibangun kira-kira abad ke-11 Masehi pada masa pemerintahan Raja Udayana hingga pemerintahan Anak Wungsu. Raja Udayana merupakan salah satu raja terkenal di Bali yang berasal dari Dinasti Marwadewa. Melalui pernikahannya dengan seorang puteri dari Jawa yang bernama Gunapriya Dharma Patni, ia memiliki anak Erlangga
dan Anak Wungsu. Setelah dewasa, Erlangga kemudian
menjadi raja di Jawa
Timur, sementara Anak Wungsu memerintah di Bali. Pada masa inilah
diperkirakan candi tebing kawi dibangun. Salah satu bukti arkeologis
untuk menguatkan asumsi tersebut adalah tulisan di atas pintu-semu yang
menggunakan huruf Kediri yang berbunyi “haji lumah ing jalu” yang
bermakna sang raja yang (secara simbolis) disemayamkan di Jalu. Raja
yang dimaksud adalah Raja Udayana. Sedangkan kata jalu yang merupakan
sebutan untuk taji (senjata) pada ayam jantan, dapat diasosiasikan juga
sebagai keris atau pakerisan. Nama Sungai Pakerisan atau Tukad Pakerisan
inilah yang kini dikenal sebagai nama sungai yang membelah dua tebing
Candi Kawi tersebut. Candi ini ditemukan kembali oleh peneliti Belanda sekitar tahun 1920.
0 comments:
Post a Comment