Wednesday, April 13, 2016

Subak, Sebuah Organisasi Petani Masa Lampau

Subak adalah sebuah organisasi yang beranggotakan para petani disuatu daerah yang berkaitan dengan suatu irigasi atau pengaturan air pertanian. Ketuanya disebut Pekaseh. Pekaseh bertugas memimpin anggota dalam melakukan dan mengatur pola tanam. Mencari hari baik sesuai perbintangan. Memimpin rapat anggota dan mengawasi irigasi.
Subak diperkirakan telah ada sejak abad ke-9 masehi. Sebagai daerah agraris sangat dimaklumi jika organisasi semacam memiliki peranan vital dalam kehidupan masyarakatnya. Kehidupan sosial masyarakat kuno maupun modern sangat tergantung dengan ketersediaan pangan.

Ketika alat transfortasi dan alat komunikasi belum berkembang seperti saat ini maka fokus manusia adalah pada pertanian. Sehingga apa yang disebut dengan kekayaan adalah kemampuan menyediakan stok pangan dalam kurun waktu tertentu.

Tetapi dalam perjalanan waktu, profesi petani adalah kasta terendah dalam pola pikir generasi setelah kemerdekaan Indonesia. hampir tidak ada anak muda yang bercita cita menjadi petani. Citra petani adalah identik dengan lumpur dan kotoran. Generasi terdidik memilih menjadi pegawai negeri ataupun pekerja kantoran. Sehingga mereka yang tidak mengenyam pendidikan tenggelam dalam lumpur tani seiring dengan kurangnya perhatian pemerintah terhadap nasib para petani. Banyak sawah terjual dan dikuasai oleh orang non pribumi. Kini sawah sudah ditanami beton.

Ketika teknologi semakin murah, saatnya kebutuhan pangan semakin mahal. Semua kaget dan ketakutan akan kelaparan. Mulailah pemerintah memberikan perhatian pada Subak sampai mendaftarkan Subak sebagai warisan Dunia di PBB. Tetapi apakah profesi petani kini menjadi idaman? Berbagai perguruan tinggi mencetak sarjana pertanian, namun berapakah lulusannya  yang bersedia menjadi petani?

Dan sebenarnya Subak adalah sebuah warisan adat yang cukup mengikat yang selalu menjadi objek politik dan kekuasaan. Pasar bagi spekulan pupuk, obat dan rentenir(semoga tidak demikian).

Salam Go Green!





0 comments:

Post a Comment